Anggrek ini hanya dijumpai di pulau Jawa dan bersifat endemic, tidak dijumpai di tempat lain. Mengingat jumlahnya yang semakin susah ditemukan di alam tanaman ini dikategorikan sebagai tanaman yang dilindungi dan masuk kelompok Apendik I. Dengar-dengar Kebun Raya Purwodadi memiliki perhatian khusus dan sedang ada proyek untuk perbanyak dan konservasi tanaman ini. Tanaman ini menarik karena dapat digunakan sebagai bunga meja yang akan menghadirkan bunga berbulan-bulan. Seorang teman, wartawan kompas senior Bapak Noercahyo yang banyak perhatian dan cinta tanaman sebelumnya tidak percaya. Tetapi ketika dia mengkoleksi tanaman ini di rumahnya dan menikmatinya bulan demi bulan baru ia merasakannya dan mengungkapkan kepada penulis akan kebenaran itu.
Tanaman yang sering disebut anggrek kantung ini, menurut J.B. Comber yang menulis Orchid of Java tanaman ini banyak dikuras dari alam pada kurun waktu 1965 – 1980. Tanaman ini biasanya hidup pada ketinggian 450 – 770 meter dari permukaan laut, menyukai hidup di tebing-tebing bercadas, di Gunung Semeru dulu banyak dijumpai di lereng-lereng sungai kering tempat mengalirnya lahar, batuan dan pasir dari gunung itu yang sewaktu-waktu dapat turun. Menurut orang yang biasa mencari, tidak mudah mendapatkan tanaman ini karena harus menggunakan tangga satu bambu untuk sampai pada tempat tumbuhnya.
Daunya agak besar, ± 25 cm panjangnya, dan ± 5 cm lebarnya. Bentuknya oval memanjang, ujungnya agak tumpul, warnanya hijau kebiruan dan mengkilat. Tangkai bunga tegak atau kadang menggantung, panjangnya 30 –50 cm, bunganya bergantian, bunga keseluruhan yang berganti-ganti itu dapat mencapai 20 kuntum bahkan bisa lebih. Diameter bunga bervariasi antara 4 - 10 cm. Daun kelopak tengah atau punggung hampir bulat, warna hijau muda dengan garis-garis lengkung warna ungu berjumlah ± 12 buah, separoh di kanan dan separuh di kiri berhadapan, sehingga simetris. Warna bagian belakang hijau keunguan berbulu halus. Daun mahkota membentang, berpilin, berombak, berbulu di pinggir-pinggirnya, terdapat gambaran bercak-bercak merah keunguan berurutan letaknya, ± 4.5 cm panjangnya, dan ± 1 cm lebarnya. Bibirnya ± 4 cm warnanya lembayung muda, lila, bagian yang menutup ungu muda, di bagian dalam berbulu halus warna lembayung.
PERBANYAKAN TANAMAN
Perbanyakan anggrek ini dapat dilakukan sebagaimana tanaman anggrek yang lain yaitu dengan cara vegetatif dan generatif atau perbanyakan aseksual dan seksual. Cara vegetatif dapat didekati dengan mendorong pembentukan anakan, kemudian memisahkan anakan tersebut sendiri-sendiri. Atau bisa pula dengan pendekatan kultur jaringan. Perbanyakan dengan cara kultur jaringan dapat menggunakan daun yang paling muda atau tangkai bunga mudanya. Pada tulisan ini penulis mencoba mengulas lebih banyak pada perbanyakan secara sexual melalui kultur biji.
KULTUR BIJI
Langkah pertama perbanyakan melalui kultur biji adalah kita harus mampu melakukan pembuahan atau menyilang (self). Pada kegiatan ini, sedikit berbeda dengan menyilang pada anggrek yang lain. Struktur bunga anggrek kantung berbeda dengan struktur bunga anggrek Catleya, Phalaenopsis, Dendrobium atau yang lainnya. Karena letak dan bentuk organ kelamin betina dan kelamin jantannya berbeda. Gambar 1 mudah-mudahan dapat menjelaskan letak dan bentuk organ kelamin betina dan jantan pada anggrek Paphiopedilum.
Cara pembuahan sesungguhnya juga mudah, yang penting kita mengetahui dengan benar struktur kelamin bunga ini. Pertama-tama yang harus kita ketahui adalah kematangan bunganya. Berbeda pada bunga anggrek lainnya, kematangan bunga dapat dilihat pada stigma (kelamin betina), bila sudah matang maka pada stigma akan mengalami pelendiran, bila kita sentuh dengan tusuk gigi kita akan mendapatkan seperti lem yang bila ditempelkan ke pollen, maka pollen tersebut akan menempel pada tusuk gigi tersebut. Tanda-tanda berbeda karena pada stigma hanya akan kelihatan ‘jangget’ atau mudah dilekati. Tetapi kondisi ini juga susah dipantau karena letak stigma yang terlindung bibir yang seperti kantong.
Umur bunga menjadi hal yang penting menjadi patokan kita akhirnya. Pada Paphiopedilum glaucophylum bunga siap dibuahi ± 7 hari setelah mekar. Potong atau hilangkan bibir / kantongnya dengan hati-hati, gunting bagian pangkalnya. Maka kita akan dapat melihat ada bagian seperti tudung berwarna hijau, itu bagian yang disebut staminode (bentuk sperti stamen), di bagian bawahnya ada bangunan seperti jamur terbalik warna putih inilah yang disebut stigma (kelamin betina). Di pangkal stigma ada seperti cabang kecil muncul dari sisi kanan dan kiri dengan ujung seperti bulatan-bulatan berwarna coklat, ini adalah pollinium (kumpulan pollen). Kita tinggal mengambil pollinium dengan tusuk gigi kemudian meletakannya di bagian yang menghadap ke bawah di stigma, stigma yang matang akan membuat polen-polen akan menempel.
Buah Paphiopedilum yang mau dikulturkan tidak boleh sampai tua, banyak laporan menanam biji yang tua proses perkecambahannya akan susah karena adanya factor pengahambat. Baiknya kita gunakan biji yang belum begitu tua, pada anggrek Paphiopedilum glaucophylum kita bisa gunakan buah yang berumur ± 3 bulan, jangan sampai kita menaman buah yang sudah kering dan mengkeriput.
Media yang digunakan dapat bervariasi, tetapi banyak yang melaporkan bahwa Paphiopedilum menghendaki media yang berkadar kurang. Knudson C dapat menjadi media dasar yang pantas dicoba. Beberapa media yang direkomendasikan untuk menumbuhkan Paphiopedilum adalah :
Knudson C
Calcium nitrat Ca (NO3) 2 4H2O 1000 mg
Ammonium sulfat (NH4)2 SO4 500 mg
Potassium phosphate KH2 PO4 250 mg
Magnesium sulfate MgSO4 7H2O 250 mg
Ferrous sulfate FeSO4 7H2O 25 mg
Mangane sulfate MnSO4 4H2O 7.5 mg
Sukrose 20 g
Agar 12 g
Burgelf N3f
Calcium nitrat Ca (NO3) 2 4H2O 2000 mg
Ammonium sulfat (NH4)2 SO4 500 mg
Potassium phosphate KH2 PO4 500 mg
Magnesium sulfate MgSO4 7H2O 500 mg
Ferrous sulfate FeSO4 7H2O 40 mg
Potassium Cloride KCl 500 mg
Citric Acid 180 mg
Glucosa 20 g
Agar 12 g
MAI- BG
Ammonium sulfat (NH4)2 SO4 60 mg
Magnesium nitrat Mg(NO3) 2 6H2O 100 mg
Ferrous sulfate FeSO4 7H2O 20 mg
Potassium phosphate KH2 PO4 300 mg
Potassium nitrat K NO3 400 mg
Ammonium nitrat (NH4)2 NO3 370 mg
B1 Start 1 ml.
Glucosa 20 g
Agar 10 g
BUDIDAYA TANAMAN
Memperhatikan pada habitat alaminya yang menyukai tebing-tebing, bebatuan dengan humus yang sedikit. Pada yang di tebing-tebing humusnya berupa lumut-lumut yang sudah lapuk, tidak akan tebal dan tidak basah basah. Maka dari itu membudidayakan Paphiopedilum harus memperhatikan hal-hal itu. Tanaman Paphiopedilum dimasukan dalam golongan anggrek tanah, tapi bukan berarti mau tumbuh baik di tanah. Kita perlu menanam Paphiopedilum pada medium khusus yang mendekati kesamaan atau lebih baik dengan lingkungan alaminya. Anggrek tanah di sini, mungkin perlu kita fahami sebagai bukan epiphyt atau anggrek yang suka menumpang di pohon agar kita tidak salah menanamnya langsung di tanah atau dengan media tanah.
Pengalaman penulis memelihara Paphiopedilum ini, media yang digunakan adalah media campuran berupa : sekam (2 bagian), pupuk kandang kambing bulatan kering (1 bagian) dan kascing / kotoran cacing (1 bagian). Sebaiknya sekam yang digunakan adalah sekam yang sudah mulai lapuk.
Untuk tanaman yang masih-kecil-kecil, asal dari kompot sebaiknya ditanam tidak langsung dalam bentuk pot tunggal / single pot tetapi tetap ditanam 3-4 tanaman dalam satu pot. Hal tersebut untuk ternyata memberi lingkungan pertumbuhan yang lebih baik. Kalau sudah dewasa, dipisahkan tunggal tidak mengapa karena kalau lingkungannya baik tanaman ini mudah sekali membentuk anakan baru.
Lokasi penempatan tanaman ini sangat mempengaruhi pertumbuhan dan kerajinan berbunga, Paphiopedilum ini menyukai sinar pagi dan kelembaban yang cukup. Kalau kita tidak mungkin menempatkan tanaman ini untuk mendapatkan sinar matahari pagi, maka kita bisa tempatkan di mana saja yang penting cukup teduh dan usahakan tidak mendapat sinar matahari sepanjang hari. Penulis memiliki sekelompok tanaman yang ditembatkan di balik tembok, tidak memperoleh sinar matahari pagi, baru mendapat sinar sekitar jam 11.00 tumbuh juga dengan baik, tetapi selain di atasnya ada paranet juga ada bergelantungan anggrek Vanda yang kerimbunan daunnya juga mengurangi penetrasi sinar matahari siang hari yang kuat.
Penyiraman sebaiknya disesuaikan dengan kondisi lingkungan, usahakan tanaman selalu pada lingungan yang lembab. Media tanam tidak boleh basah tetapi juga tidak boleh kering agar perakaran tetap jalan.
Pemupukan dilakukan seminggu 2 kali, menggunakan pupuk lengkap yaitu pupuk yang mengandung hara makro, hara mikro dan vitamin yang diperlukan tanaman. Pada masa pertumbuhan sebaiknya menggunakan pupuk yang kandungan N-nya tinggi atau setidaknya NPK-nya berimbang, sebulan sekali dapat juga diberi pupuk yang kandungan P atau K-nya yang tinggi.
Secara periodic, kita perlu menyiang media dari gulma yang tumbuh. Media campuran yang digunakan selalu menghadirkan problem gulma, karena dalam pupuk kandang kambing biasanya terdapat biji-biji rerumputan yang pada rentang waktu tertentu akan tumbuh. Selain usaha penyiangan gulma, dua minggu sekali sebaiknya tanaman diberi pestisida agar gangguan hama dan penyakit dapat dihindarkan (Untung Santoso).
Sabtu, 08 Agustus 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar